“Pujon
Kidul dimana itu pak?” begitu pertanyaan
seorang staf pemerintah kabupaten ketika Pak Udi mengajukan proposal untuk pemberdayan
perempuan dan anak sekitar delapan tahun
yang lalu. “Padahal saya hanya mengajukan bantuan peralatan masak untuk ibu
ibu…” kenangnya.
Namun sejak tahun 2017 pertanyaan
itu tenggelam begitu saja. Lelaki berusia kurang lebih 45 tahunan ini boleh
berbangga hati. Tiada hari tanpa tamu, dari berbagai pelosok wilayah nusantara.
Siapa yang tidak tahu Pujon Kidul
saat ini? Kendati harus menempuh sekitar
4 km dari jalan raya batu, malang, pengunjung tidak berkeberatan hati untuk
menyusuri jalan masuk yang tidak begitu besar. Saat ini setiap hari, terlebih
hari sabtu-minggu dan hari libur/besar, pengunjung berlimpah ruah.
“Tetapi ini tidak mudah,” jelas Pak Udi. Perjalanan untuk mempromosikan Pujon Kidul
tidaklah membalikan tangan begitu saja.
Perlu waktu yang panjang. Sejak tahun 2012 lelaki berlatar belakang
Madrasah Aliyah dan mengawali karier sebagai Satpam hotel ini berpikir keras
bagaimana desanya maju sejak terpilih menjadi kepala desa. Kata kunci adalah sabar dan tekun. Langkah pertama yang dilakukan adalah
memberikan kesadaran kepada masyarakat. Keinginan masyarakat berbeda beda dan
tidak jarang terjadi konflik antar warga.
“Penyiapan masyarakat nomor satu.
Membangun infrastrukur mudah, tapi membangun masyarakat agar berssatu itu yang
sulit”, jelas Pak Udi sambil mengamati tamu tamu yang lalu lalang di kawasan
wisata Pujon Kidul. Cikal bakal wisata
desa di daerah perbukitan yang sejuk ini sejak tahun 2012. “Jadi tidak instans
pak”.
Pendopo
Bambu
Ketika memasuki kawasan Pujon Kidul
terdapat bangunan yang cukup menonjol setelah melintas Gapura Bambu Bertuliskan
Café Sawah. Itulah yang disebut dengan pendopo. Cikal bakal Kawasan Wisata
Pujon Kidul bermula dari sini. Di Pendopo ini sekitar tujuh tahun lalu
(2012) Pak Udi mendirikan pendopo dari
bambu dan kayu. Semula tempat pertemuan dan kumpul kumpul warga desa. Sejalan
dengan waktu timbul gagasan untuk melengkapi dengan jajanan (makanan dan
minuman). Pada tahun 2015 BNI memberikan bantuan CSR yang digunakan untuk
membangun Pendopo beserta prasarana jalan wisata.
Selain itu, seiring dengan kebijakan
pemerintah terhadap desa, melalui dana desa, atas hasil musyawarah desa,
dialokasikan dana desa sebesar Rp. 60 juta untuk prasarana sarana wisata pada
tahun 2015, dan berturut turut dana desa tahun 2016 dan 2017 dikucurkan untuk
semakin membangun daya tarik wisata Pujon Kidul. Alhasil, jika kita berjalan
hampir 1,5 jam dari Malang ke Pujon Kidul, terbayar sudah perjalanan itu dengan
alam yang sejuk dan sedap di pandang mata.
Bagi mereka yang suka nongkrong
cukup duduk duduk di Café Sawah atau saung saung yang ada di sekitar kawasan
wisata. Kalau lebih menyukai jalan jalan cukup melangkahkan kaki mengikuti
jalur yang ada. Untuk mereka yang ingin lebih tahu seluk beluk kehidupan desa,
biasanya anak anak dan remaja, bisa saja dipandu untuk memetik buah, sayur
mayur atau bahkan pemerahan susu sapi. Nah, tunggu apa lagi? Ayo, kita ke sana. ***